Efisiensi berbicara mengenai masukan dan
keluaran. Efisiensi terkait dengan hubungan antara keluaran berupa barang atau
pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan
keluaran tersebut. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dapat dikatakan efisien
apabila mampu menghasilkan keluaran tertentu dengan masukan serendah-rendahnya,
atau dengan masukan tertentu mampu menghasilkan keluaran sebesarbesarnya.
Karena
efisiensi merupakan suatu rasio, maka untuk memperbaiki efisiensi dapat
dilakukan tindakan berikut:
1. Meningkatkan keluaran untuk jumlah masukan yang sama;
2.
Meningkatkan keluaran dengan proporsi kenaikan keluaran yang lebih besar
dibandingkan proporsi kenaikan masukan;
3. Menurunkan masukan untuk jumlah keluaran yang sama; dan
4. Menurunkan masukan dengan proporsi penurunan yang lebih besar dibandingkan
proporsi penurunan keluaran.
Prinsip keadilan berkaitan dengan kesetaraan (equality),
yaitu prinsip dimana pemerintah menerapkan pemerataan pelayanan kepada seluruh
masyarakat, dengan mengutamakan
Sesungguhnya dari
sudut pandang ekonomi, dua kata ini sulit sekali untuk digandengkan. Hal ini
menjadi menarik mengingat adanya trade-off
antara efisiensi dan pemerataan (efficiency-equality trade off). Okun
(1975) menggambarkan trade-off ini dalam tulisannya Equality or
Efficiency: The Big Trade-Off. Okun menggambarkan bahwa pemerataan
dapat dicapai tetapi konsekuensinya adalah
menurunnya efisiensi.
Equity adalah
kondisi berkeadilan yang susah
didefinisikan. Adil adalah suatu istilah
yang sangat relative dan memiliki batasan yang tidak tegas. Adil
bagi Z tidak berarti dianggap adil bagi
Y atau X. Kita tidak bisa memuaskan semua pihak sekaligus. Sekarang seandainya
A mempunyai uang 1jt rupiah. Lalu datang
kepada A, si X dan Y yang memerlukan bantuan. X merupakan Pengurus panti asuhan, ia membutuhkan
uang untuk menghidupi anak-anak asuhnya. Sedangkan Y adalah pengusaha Masakan Padang yang sedang
laris-larisnya dan membutuhkan tambahan modal. Dengan tambahan 1jt Y bisa mendapatkan keuntungan yang signifikan lebih
besar sehingga bisa mendapat tambahan dana untuk menghidupi keluarganya.
Pertanyaannya
adalah kepada siapa uang itu akan diberikan
oleh A? Jika A memberikan pada X, maka anda bersikap "adil". Dimana X sangat membutuhkannya, sedangkan Y masih bisa menunggu (entah kapan). Akan
tetapi, Jika anda berikan pada Y, maka anda memilih efisiensi sebagai dasar
keputusan anda. Dengan resource yang sama, Y akan menghasilkan output yang
lebih besar dibanding jika uang itu diberikan pada X.
Dalam banyak hal
di kehidupan kita, hal ini sering terjadi, terutama saat kita harus memutuskan
untuk memilih belas kasihan atau efisiensi. Subsidi BBM secara massal tidak
efisien karena memicu over- consumption dan dinikmati golongan yang tidak seharusnya
menerima subsidi. Tetapi dengan struktur ekonomi dan bisnis kita yang memang
tidak efisien, menghilangkan subsidi sekaligus akan membuat kehidupan lapisan
miskin semakin menderita. Di sini kita lihat ada trade-off antara efficiency
dan equity. Dalam keputusan publik, pemerintah suatu saat berhak memilih equity
sebagai argumen keputusannya. Dalam hal ini tak usah teriak soal efisiensi,
minimalkan saja inefisiensinya dan terimalah keputusan itu sebagai keputusan
politis negara.
Analisis mengenai hubungan antara equity dan efisiensi terlihat jelas pada standard
tradeoff diagram yang ditunjukan oleh kurva dibawah ini. Garis vertical mengukur
tingkat “equity” dan Garis horizontal mengukur tingkat efficiency.
Dalam diagram ini kita dapat melihat semua kemungkinan komposisi dari
equity dan efisiensi, untuk menghasilkan output yang mungkin berdasarkan sumberdaya
yang ada.
Kurva ABCDE di atas disebut juga “production possibility frontier”. B
adalah titik dimana nilai maksimum equity yang dapat diperolleh dengan sejumlah
efisiensi sebesar B1.
Secara umum, kurva menurun dari kiri atas ke kanan bawah menunjukan bahwa
sepanjang garis batas kemungkinan produksi (ABCDE), kenaikan output hanya dapat
diperoleh dengan menurunkan nilai yang lainnya. Seperti misalnya pola produksi yang
bergerak dari C ke D, dimana jumlah equity menurun dari C2 ke D2, sementara
nilai efisiensi meningkat dari C1 ke D1. Inilah apa yang seorang ahli ekonomi
sebut dengan “tradeoff” di antara dua output.
References:
Easton, Brian.1995.The Fallacy of The Equity vs Efficiency Trade Off. (Online),
(http://www.eastonbh.ac.nz/1995/02/the_fallacy_of_the_equity_vs_efficiency_tradeoff, diakses tanggal 23 Februari 2013)
Harahap, Rudi M.2013. Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja Sektor Publik. Jakarta: 3C Akuntansi 2012
References:
Easton, Brian.1995.The Fallacy of The Equity vs Efficiency Trade Off. (Online),
(http://www.eastonbh.ac.nz/1995/02/the_fallacy_of_the_equity_vs_efficiency_tradeoff, diakses tanggal 23 Februari 2013)
Harahap, Rudi M.2013. Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja Sektor Publik. Jakarta: 3C Akuntansi 2012