Sabtu, 23 Februari 2013

Efisiensi vs Keadilan

Efisiensi berbicara mengenai masukan dan keluaran. Efisiensi terkait dengan hubungan antara keluaran berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dapat dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan keluaran tertentu dengan masukan serendah-rendahnya, atau dengan masukan tertentu mampu menghasilkan keluaran sebesar­besarnya.
Karena efisiensi merupakan suatu rasio, maka untuk memperbaiki efisiensi dapat dilakukan tindakan berikut:
1.       Meningkatkan keluaran untuk jumlah masukan yang sama;
2.    Meningkatkan keluaran dengan proporsi kenaikan keluaran yang lebih besar dibandingkan proporsi kenaikan masukan;
3.      Menurunkan masukan untuk jumlah keluaran yang sama; dan
4. Menurunkan masukan dengan proporsi penurunan yang lebih besar dibandingkan proporsi penurunan keluaran.
Prinsip keadilan berkaitan dengan kesetaraan (equality), yaitu prinsip dimana pemerintah menerapkan pemerataan pelayanan kepada seluruh masyarakat, dengan mengutamakan
Sesungguhnya dari sudut pandang ekonomi, dua kata ini sulit sekali untuk digandengkan. Hal ini menjadi menarik  mengingat adanya trade-off antara efisiensi dan pemerataan (efficiency-equality trade off). Okun (1975) menggambarkan trade-off ini dalam tulisannya Equality or Efficiency: The Big Trade-Off. Okun menggambarkan bahwa pemerataan dapat dicapai tetapi konsekuensinya adalah menurunnya efisiensi.
Equity adalah kondisi berkeadilan yang susah didefinisikan. Adil adalah suatu istilah yang  sangat relative  dan memiliki batasan yang tidak tegas. Adil bagi Z tidak berarti dianggap adil bagi Y atau X. Kita tidak bisa memuaskan semua pihak sekaligus. Sekarang seandainya A mempunyai uang 1jt rupiah. Lalu datang kepada A, si  X dan Y yang memerlukan bantuan. X merupakan Pengurus panti asuhan, ia membutuhkan uang untuk menghidupi anak-anak asuhnya. Sedangkan Y adalah pengusaha Masakan Padang yang sedang laris-larisnya dan membutuhkan tambahan modal. Dengan tambahan 1jt Y bisa mendapatkan keuntungan yang signifikan lebih besar sehingga bisa mendapat tambahan dana untuk menghidupi keluarganya.
Pertanyaannya adalah kepada siapa uang itu akan diberikan oleh A? Jika A memberikan pada X, maka anda bersikap "adil". Dimana X sangat membutuhkannya, sedangkan Y masih bisa menunggu (entah kapan). Akan tetapi, Jika anda berikan pada Y, maka anda memilih efisiensi sebagai dasar keputusan anda. Dengan resource yang sama, Y akan menghasilkan output yang lebih besar dibanding jika uang itu diberikan pada X.
Dalam banyak hal di kehidupan kita, hal ini sering terjadi, terutama saat kita harus memutuskan untuk memilih belas kasihan atau efisiensi. Subsidi BBM secara massal tidak efisien karena memicu over- consumption dan dinikmati golongan yang tidak seharusnya menerima subsidi. Tetapi dengan struktur ekonomi dan bisnis kita yang memang tidak efisien, menghilangkan subsidi sekaligus akan membuat kehidupan lapisan miskin semakin menderita. Di sini kita lihat ada trade-off antara efficiency dan equity. Dalam keputusan publik, pemerintah suatu saat berhak memilih equity sebagai argumen keputusannya. Dalam hal ini tak usah teriak soal efisiensi, minimalkan saja inefisiensinya dan terimalah keputusan itu sebagai keputusan politis negara.
Analisis mengenai hubungan antara equity dan efisiensi terlihat jelas pada standard tradeoff diagram yang ditunjukan oleh kurva dibawah ini. Garis vertical mengukur tingkat “equity” dan Garis horizontal mengukur tingkat efficiency.
Dalam diagram ini kita dapat melihat semua kemungkinan komposisi dari equity dan efisiensi, untuk menghasilkan output yang mungkin berdasarkan sumberdaya yang ada.
Kurva ABCDE di atas disebut juga “production possibility frontier”. B adalah titik dimana nilai maksimum equity yang dapat diperolleh dengan sejumlah efisiensi sebesar B1.
Secara umum, kurva menurun dari kiri atas ke kanan bawah menunjukan bahwa sepanjang garis batas kemungkinan produksi (ABCDE), kenaikan output hanya dapat diperoleh dengan menurunkan nilai yang lainnya. Seperti misalnya pola produksi yang bergerak dari C ke D, dimana jumlah equity menurun dari C2 ke D2, sementara nilai efisiensi meningkat dari C1 ke D1. Inilah apa yang seorang ahli ekonomi sebut dengan “tradeoff” di antara dua output. 


References:
Easton, Brian.1995.The Fallacy of The Equity vs Efficiency Trade Off. (Online),
(http://www.eastonbh.ac.nz/1995/02/the_fallacy_of_the_equity_vs_efficiency_tradeoff, diakses tanggal 23 Februari 2013)
Harahap, Rudi M.2013. Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja Sektor Publik. Jakarta: 3C Akuntansi 2012

0 komentar:

Posting Komentar